KONSPIRASI PROVOKATOR

by Agung Dwi Laksono



Dalam suatu kesempatan diskusi tentang kebijakan via facebook, bu Evie Sopacua (AV) menekankan pentingnya ‘agenda setting’ dalam suatu proses/siklus policy analysis.
(siklus policy analysis menurut para pakar terdiri 3-4 tahapan; policy formulation, policy implementation, policy review/evaluation, dan satu lagi ada yang memasukkan agenda setting sebagai salah satu tambahan tahapan)

Boleh dong kalau saya punya pendapat lain.
Tidak ada salah benar dalam hal ini, kembali lagi ini merupakan masalah pilihan.
(kalo kurang sepakat nti bisa disambung mbuk! Red.AV)

Menurut saya.., sekali lagi menurut saya!
Ada hal satu lagi yang jauh lebih penting yang justru berada di luar siklus policy analysis tersebut, yaitu isue atau masalah kebijakan.
Suatu kebijakan seharusnya dibuat atau dirumuskan berdasarkan permasalahan riil yang ada di masyarakat. Artinya, yang sudah benar-benar jadi perbincangan di masyarakat.

Yang hendak saya angkat adalah bukannya bagaimana merumuskan isu public, kalo untuk itu anda baca buku saja, yang hendak saya paparkan adalah bagaimana kita berperan dalam sebuah isue publik.

***

Flu burung misalnya, atau flu babi akhir-akhir ini. Dapat dilihat bagaimana taktisnya kebijakan yang digariskan dan dijalankan oleh pemerintah dalam penanganan masalah ini.

Karena sudah menjadi perhatian publik, maka pemerintah benar-benar mencurahkan segala daya upaya untuk meredam masalah tersebut. Segala sumber daya dikerahkan, termasuk dana, yang hampir selalu merupakan kambing hitam di lapangan.

Korban meninggal flu burung sampai dengan saat ini mungkin cuman dalam hitungan puluhan atau paling banyak ratusan (total).

Bandingkan dengan AKI (Angka Kematian Ibu). Hasil survey rumah tangga yang dilakukan dalam SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) pada tahun 2002/2003 menunjukkan angka 307/100.000 kelahiran hidup atau 20.000 per hari, berarti 50,5 per hari atau 2,1 per jam.
Lebih dari 2 ibu melahirkan mati setiap jamnya! Setiap jamnya! Bayangkan!!!!!!!
(tanda serunya tak kasih banyak biar keliatan bombastis dan anda benar-benar mau membayangkannya dalam benak anda).

Dari hitung-hitungan epidemiologi mungkin dua kasus ini akan lain sudut pandangnya. Tapi point saya sedang tidak ke arah sana.

Point saya adalah dalam hal besaran korban, magnitude. Kasus flu burung dengan korban yang hanya beberapa dibanding dengan AKI, dengan korban yang sedemikian banyak, terjadi terus menerus, rutin, sekali lagi.. rutin!!! Setiap tahun!
Tapi apa yang berkembang di masyarakat? Kematian ibu merupakan hal yang biasa, sangat biasa malah. Dan petugas kesehatan (decision maker) pun menganggap kasus AKI bukan sesuatu yang urgent, yang butuh penanganan secara cepat.
(berita terbaru, berdasarkan hasil SDKI 2007 AKI sudah turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup, artinya setiap jam masih terdapat 1,55 ibu melahirkan yang meninggal dunia)

Apa yang bisa kita pelajari dari sini? Kasus flu burung bisa terselesaikan dengan cepat dan dengan penanganan yang komprehensif karena telah manjadi isue publik yang sangat dahsyat. Hampir semua media massa memajang kasus ini setiap hari ketika sedang hangat-hangatnya.
Sedang kematian ibu…………………………………………………………..?

Saya sedang tidak ingin menyalahkan siapa-siapa! Media massa? Lha memang berita kematian ibu gak laku dijual, masyarakat gak tertarik untuk membacanya, berita basi!!!

Terus..? yang salah kita! Saya dan anda semua!
(tuh kan tetap aja cari kambing hitam, katanya gak mau nyalahkan siapa2).
Mengapa kita yang salah? Karena kita yang tidak mau berusaha menjadikan kasus kematian ibu sebagai masalah publik. Kita tenang2 aja ketika Angka Kematian Ibu dilansir.
Kita hanya menganggap AKI tak lebih hanyalah sebuah indikator kesehatan.

Sudah sadarkah kita sekarang???!!!!??! Selanjutnya apa yang harus kita lakukan?

Tulis! Tuliis!! Tuliiis!!! Tuliiiiis!!!!! Tuliiiiiiis!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
sebarkan pada masyarakat, kabarkan kepada dunia, kematian ibu juga sebuah masalah besar.
Dimana? Terserah… Koran terbit setiap hari, atau jaringan internet, facebook, blog apa saja.

Mari kita buat konspirasi besar untuk mengangkat kesehatan sebagai isue publik.
“Anda si fulan 1 nulis tentang kasus A dari sudut pandang atas, anda si fulan 2 menyangkalnya, tulis tentang kasus A dari sudut pandang bawah, dan anda si fulan 3 tidak bersepakat dengan fulan 1 dan 2, anda punya pandangan lain, tulis tentang kasus A dari sudut pandangan samping”.

Paham bro? mudeng opo ora pren?

Buat seakan kita bersebrangan satu sama lain, kita tidak sependapat, kita konfrontir semuanya di ruang publik. Pastikan masyarakat menyadari bahwa kasus yang kita angkat adalah sebuah masalah. Sambil melakukannya, kita berdo’a bersama-sama sambil berharap, kawan kita yang jadi decision maker telinganya tidak ditulikan, mulutnya tidak dibisukan, dan matanya tidak dibutakan dan mau berdiri bersama-sama dengan kita.

Bro…! tidak masalah anda sedang ada dimana, dalam posisi apa, staf puskesmas, dinas kesehatan, rumah sakit, atau tidak di bidang kesehatan sekalipun. Tubuh kita boleh terjebak dalam rutinitas pekerjaan, tapi otak kita jangan.
Mari lakukan semuanya berjama’ah! Jangan sendiri2!
Bebaskan pikiran, lepaskan imajinasi!
Mari kita jadikan diri kita provokator! Demi ibu pertiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar