buku "Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak"



"...kontraksi perut istrinya semakin sering hingga akhirnya bayi lahir dengan lancar. Bayi yang terlahir tidak segera menangis. Sesuai dengan instruksi yang dibaca di Google, bayi yang baru lahir tersebut diangkat kedua kakinya ke atas sehingga posisi kepala di bawah dan dilakukan tepukan perlahan sebanyak 3 kali ke punggung bayi dengan telapak tangan dirapatkan..."

(Chapter "PEREMPUAN NIAS SELATAN DI ANTARA DUA PILIHAN; MODERNISASI & TRADISI" dalam buku "SIMPANG JALAN PELAYANAN KESEHATAN IBU & ANAK, SEBUAH STUDI ETNOGRAFI")


"...sejak tahun 2009, pemerintah setempat mengajukan kepada Kementerian Kesehatan untuk mendirikan kelas khusus Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan Sekolah Kebidanan yang akan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Biak. Kenapa mengajukan hanya SPK yang setara SLTA? Bukankah pendidikan kesehatan saat ini minimal harus setara Diploma 3? Pilihan ini bukannya tanpa alasan. Minimnya sumber daya dengan pendidikan yang memadai membuat pilihan ini jauh lebih masuk akal..."

(Chapter "INOVASI DALAM BALUTAN TRADISI: UPAYA MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN PEREMPUAN NGALUM" dalam buku "SIMPANG JALAN PELAYANAN KESEHATAN IBU & ANAK, SEBUAH STUDI ETNOGRAFI")


"...vagina ibu yang usai melahirkan dibalut/dibebat dengan kain tenun hitam polos milik sang dukun yang konon katanya bisa menghentikan pendarahan. Usaha lain untuk menghentikan pendarahan adalah dengan memberikan ramuan temulawak dan saung mĂȘnĂ© untuk diminumkan kepada ibu usai melahirkan. Tidak ada proses penjahitan pada vagina oleh dukun beranak. Luka melahirkan akan sembuh dengan sendirinya berkat ramuan obat kampung..."

(Chapter "KEHAMILAN DAN PERSALINAN DI WAE CODI: ANTARA PERAN DUKUN BERANAK DAN BIDAN" dalam buku "SIMPANG JALAN PELAYANAN KESEHATAN IBU & ANAK, SEBUAH STUDI ETNOGRAFI")


"...setelah melahirkan, ibu nifas akan melakukan nite (baca: ni-te). Dalam kamus bahasa Gayo-Indonesia (Bahry, 2009:258), nite artinya istirahat setelah melahirkan. Pada masa nite, banyak ritual yang dilakukan oleh ibu nifas. Salah satunya adalah duduk dan tidur membelakangi api yang dikenal dengan istilah bedaring oleh masyarakat setempat. Ibu nifas melakukan bedaring setiap hari pada siang dan malam selama 44 hari sampai masa nifas berakhir..."

(Chapter "PERAN DUKUN KAMPUNG GAYO DALAM KESEHATAN IBU" dalam buku "SIMPANG JALAN PELAYANAN KESEHATAN IBU & ANAK, SEBUAH STUDI ETNOGRAFI")

1 komentar: