Universal Coverage dan Equity

by Agung Dwi Laksono


Senin, Bandara Juanda_Surabaya, 18 Juni 2012


Dear all,

Dalam sebuah diskusi soal equity dan kesenjangan pelayanan kesehatan di kelas training kebijakan yang dibesut pak Laksono dari UGM, seorang peserta diskusi meng-counter pendapat soal masih adanya inequity di Indonesia, dengan anggapan bahwa pada saatnya nanti, saat universal coverage diberlakukan per tanggal 1 Januari 2014, maka masalah-masalah inequity pelayanan kesehatan antara si miskin dan si kaya tidak akan terjadi lagi.

Yakiiiin???
Saya sih berpendapat masih terlalu banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan untuk membuat kondisi pelayanan kesehatan kita equity.

Soal pelayanan sih bisa dikatakan semua bisa mengaksesnya, karena semua rakyat, tanpa terkecuali, wajib menjadi anggota, dengan membayar sejumlah premi atau premi dibayarkan pemerintah untuk yang memang benar-benar miskin.
Tapiiiii.... itu bila benar-benar pelayanan kesehatan tersedia!
Kita bukannya sedang bicara tidak hanya soal pelayanan kesehatan di Jawa, Bali dan Sumatera?
Kita bicara tentang Indonesia, yang tentu saja meliputi seluruh wilayah di Republik ini.
Saya dengan mata kepala sendiri telah turut merasai ‘keminiman’ pelayanan kesehatan yang tersedia, ini bila saya tidak boleh memaknai sebagai ‘ketiadaan’ pelayanan.

Ini masih soal ketersediaan pelayanan! masih ada beberapa faktor lain di luar kesehatan, yang kami biasa sebut sebagai ‘beyond health’, yang akan turut mempengaruhi akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Transportasi misalnya. Salah seorang peserta diskusi yang pernah turut serta dalam analisis costing di Kabupaten Murung Raya mengaku bahwa biaya transportasi di wilayah tersebut bisa mencapai 5 kali biaya pelayanan kesehatannya. Ini masih di wilayah Kalimantan, belum di wilayah seribu pulau Maluku ataupun Maluku Utara, belum juga bila kita berbicara Papua.

Ini masih transportasi sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan. Bila kita belajar tentang social determinant of health (SDH), tentu saja akan semakin banyak yang mampir di benak kita, betapa banyak hal yang akan turut berpengaruh terhadap aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Jadi... naive sekali rasanya bila beranggapan bahwa dengan memberlakukan universal coverage, dan lalu semuanya menjadi indah tanpa kecuali...

Heiiii...!
Bukan berarti saya tidak mendukung universal coverage!
Saya berada di garda depan pendukung kebijakan ini.
Hanya saja masih banyak yang harus dibenahi untuk mempersiapkannya, untuk mempersiapkan menjadi benar-benar layak untuk diberlakukan.
Salah satu diantaranya, yaa... ketersediaan pelayanan kesehatan yang terstandarisasi dimanapun wilayah NKRI.

masih banyak pe-er... masih banyak...


-ADL-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar