#Analis by Indra J. Piliang

dear all,

berikut adalah sharing Indra J. Piliang dalam akun twiternya (@IndraJPiliang) tentang #Analis,
semoga bisa menambah pencerahan, setidaknya wawasan berpikir;
  1. Dulu tiap bulan di CSIS sy bikin monthly report, nulis di jurnal, lalu laporan 3 bln-an yg lbh panjang, makalah2, seminar2. #Analis
  2. Apa yg sy kirim ke koran2 sbg kolom atau artikel (hampir 500 artikel) adlh "pekerjaan sisa" dari kegiatan jd #Analis.
  3. Knp "pekerjaan sisa" jd artikel & kolom? Krn ada sentuhan personal, subjektifitas, "sastrawi", kutipan2, dll. Jd bukan data keras. #Analis
  4. Mknya di CSIS, artikel & kolom di koran2 tak dianggap sbg "karya ilmiah". Nilainya hanya 2 utk konduite sbg peneliti per thn. #Analis
  5. Tiap akhir th, semua peneliti CSIS dpt rapor, smcm "Cum" di kampus. Semua aktivitas dinilai: ngajar, seminar (akademis), jurnal, etc #Analis
  6. Mknya sy kaget pas ketemu Presiden SBY & Bu Ani yg baca opini sy di koran2. Idealnya, Presiden membaca analisis, bukan opini. #Analis
  7. Opini, aplg hsl wwcr, di koran2 itu ibarat tumpukan sampah. Smtr, tugas analis itu mirip pemulung: memisah2kan, menimbang2. #Analis
  8. Pernah seorg Kombes dari Badan Intelijen Kepolisian (BIK) minta sy utk bikin analisis bulanan. Pak Hadi (alm) tak kasih ijin. #Analis
  9. Kata Pak Hadi : "Dijelasin aja blm tentu mrk paham, aplg dg baca aja. Kalau mau, mrk dtg ke sini: diskusi bulanan dg para scholar". #Analis
  10. Semalam di TV One, Mas J Kristiadi bilang : "Dek, kamu balik lg ke CSIS. Udah brengsek semua nih dunia politik!" Hehe #Analis
  11. Cara sy membaca koran jg beda. Koran yg hanya memuat satu sumber, tdk akurat utk dijdkan bhn analisis. #Analis
  12. Semakin byk koran biasanya semakin baik. Tp analis bekerja lbh keras lg: memilah2. Blm spesifikasi: ekonomi, sosial, hankam. #Analis
  13. Makanya analis, peneliti dan pengamat itu berbeda. Sy paling tak suka disebut sbg "pengamat politik" Sering protes :) #Analis
  14. Kpn2 sy akan tulis di twit ini soal #peneliti di lembaga riset, apa bedanya dg analis dan pengamat. #Analis
  15. Pak Hadi selalu tekankan: "Kamu harus bisa jelaskan dlm satu-dua kalimat ttg politik yg bisa dibaca para diplomat, bisnismen, etc" #Analis
  16. Dan sy selalu terkejut, ketika membaca uraian Pak Hadi dlm Bahasa Inggris: dia ubah 2 hlm yg sy bikin jd satu alenia sj. #Analis
  17. Ada kekecewaan yg dlm pd Mas J Kristiadi td mlm ttg "dunia politik" hari ini, tmsk kritikannya pd pers dan para pengamat :( #Analis
  18. Mas J Kristiadi punya lbh dari 3 asisten utk mengerjakan apapun yg mau dia sampaikan ke publik: hukum, politik dan sosial. #Analis
  19. Bang Rizal Sukma punya lbh dari 2 asisten utk menuliskan paper2 panjangnya di fora2 internasional. Dia punya epistemic community. #Analis
  20. Rizal Sukma adl org yg paling tak suka utk tampil di televisi, jg di seminar2 dlm negeri. Tp bisa berbln2 di luar negeri. #Analis
  21. Jusuf Wanandi bisa berjam2 nlpon dari luar negeri utk tahu situasi dl negeri: minta di-fax analisisnya (dia tak bisa buka email) #Analis
  22. "Kecelakaan" terbesar sy pas jd analis adl tampil di Metro TV gantikan peran Denny JA, Andi Mallarangeng & Rizal Mallarangeng. #Analis
  23. Jd analis itu adl pekerjaan berdebu, diam, dingin, dan bisa mengidap penyakit paru2. Bbrp peneliti CSIS meninggal krn ini. #Analis
  24. Pas awal tampil di Metro TV, Rizal Mallarangeng PhD jg dipasok analis2 CSIS dlm acara "The Nation" itu. #Analis
  25. Skrg, krn sdh era politik, era demokrasi, sy kira partai2 politik dan pejabat2 publik perlu dan wajib didampingi para #Analis.
  26. Sy blm berniat lg balik ke CSIS, walau sudah mulai "dirayu". Kecuali memang apa yg sy ajukan ke para boss #Slipi1 tak berterima. #Analis
  27. Partai2 politik di luar negeri, para senator, para legislator, selain didampingi para lobbyist, jg diback-up para #Analis.
  28. Analis selain mengambil dari media bahan2nya, juga mengambil dari hasil2 penelitian (by team) & jurnal. Sedikit yg dari buku. #Analis
  29. Seorg analis adl "penyidik ilmu". Cara bertanya spesifik kpd siapapun. Biasanya, diskusi terbatas memamerkan kemampuan2 spt itu. #Analis
  30. Coba buka website CIA, ASIO, dllnya. Itu kerja analis2 global yg mrk punya. Bertaburan data. #Analis
  31. Sesekali, sy kira, media massa perlu tampilkan "staf2 ahli" DPR, menteri, dll, utk bicara. Apa benar mrk punya tools jd #analis?
  32. Seorg analis itu bukan pihak yg menyimpulkan salah-benar, tp tugasnya memaparkan, menjelaskan, scr sederhana. #Analis
  33. Tmn2 peneliti di CSIS sering bilang sy sbg "aktivis CSIS", krn sering advokasi masalah2 tertentu bersama civil society lain :) #Analis
  34. Analis itu mengambil jarak thd apapun di sekelilingnya. Skeptis. Bahkan thd diri sendiri. #Analis
  35. Dan analis itu sering dpt penyakit maag dan ambien, krn ketika sedang asyik dg dunianya, sering lupa makan, apatah lg kuliner. #Analis
  36. Ketika ada pengamat yg terlihat ngotot bicara benar-salah, subjektif, kelihatan bhw itu bukanlah sikap seorg #Analis.
  37. "Sy blm tahu. Sy akan cek. Sy no comment" «~~ Jwban #Analis atas suatu kejadian (politik, sosial) yg sedang terjd.
  38. "Sy bukan dukun. Anda tanya sj pd orgnya. Itu kan mnrt anda." «~~ Jwban #analis kalau sudah kesal.
  39. Kebykan analis memang bisa jelaskan sesuatu YANG SUDAH TERJADI. Tp utk yg AKAN TERJADI, biasanya menyampaikan POLA-STRUKTUR. #Analis
  40. Sekian dulu #KopiPagi ttg #Analis. Tmn analis itu biasanya jurnalis, peneliti, org2 di belakang layar, aktivis. Jarang bertmn dg politisi :)
  41. Ya, tp begitulah. Pengamat kan memang beda dg  #Analis (tukang gunting koran), beda dg peneliti (tukang gunting data) :D
  42. Utk pembicara seminar, sebaiknya undang peneliti, atau minimal #Analis. Kalau pengamat mah ajak minum kopi di lapau aja :)

e book 4 free; KONSPIRASI PROVOKATOR, Serial Diskusi Masalah Kesehatan - Agung Dwi Laksono


by
Agung Dwi Laksono

Copyright © 2010

HEALTH ADVOCACY
Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Email; healthadvocacy@information4u.com

ISBN 978-602-98177-3-7

125 halaman






Pengantar

Diawali dengan keprihatinan bahwa bidang kesehatan lebih menjadi ‘mainstream’ pemerintah daripada menjadi milik masyarakat! Apalagi bagi anak muda. Untuk itu penulis mencoba membuat diskusi dengan bahasa ringan setiap senin pagi lewat media ‘Diskusi Senin Pagi’ di Facebook, media sejuta umat-nya anak muda.
Harapan bahwa bidang kesehatan bisa membumi,
"ngobrol tentang ‘pembiayaan kesehatan’ seenak ngomongin trend baju terbaru, diskusi ‘pelayanan kesehatan’ senyaman ngrumpi di mall"

sungguh penulis berupaya untuk itu!

Saran dan kritik membangun tetap ditunggu.

salam!

 
Content
  • Biasa Cuci Tangan Pake Sabun Nggaaak??? 
  • Konspirasi Provokator 
  • 1 Dari 10 Orang Indonesia Berpotensi Gila! Bwakakaka... 
  • Puskesmas Delivery Untuk Metropolis 
  • Hak Asasi Kesehatan Manusia, Versi Siapa? 
  • Siapa Yang Pantas Dibiayai? 
  • Re-Definisi Equity 
  • Equity In Financing, Neolib Bukan??? 
  • Sosialism Ato Liberalism? 
  • Privatisasi Pelayanan Kesehatan, Memihak Siapa? 
  • Puskesmas, Menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan? 
  • Generasi Liliput Indonesia! … No Mau Dong! 
  • Kaya Ato Miskin, Pinter Ato Goblok Sama Saja... 
 
Klo pengen ngedapetin buku ini, please nulis alamat email di kolom comment!

Universal Coverage???

by Agung Dwi Laksono



Dear all,


ijin curhat...

Saya pada akhirnya menjadi ragu dengan penerapan universal coverage pada saat ini, meski sebelumnya saya sangat berapi2 berharap agar dilakukan percepatan penerapan universal coverage. Sikap baru ini muncul setelah melihat sendiri pelayanan kesehatan di Kabupaten Raja Ampat-Papua Barat yang bukan tidak mungkin hal yang sama terjadi belahan pertiwi lainnya.

Raja Ampat, merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Sorong.
Sebagai sebuah tujuan wisata bawah air, Raja Ampat merupakan sepuluh besar terbaik dunia. Lebih dari dua pertiga populasi bawah air dunia ada di kabupaten kepulauan ini. Indah.. memang terbukti sangat indah seluruh wilayah kepulauan ini, sehingga layak dijuluki sebagai surga bahari!

Datang pertama kali di pusat pemerintahan Kabupaten Raja Ampat di Waisai di pulau Waigeo tak terbayangkan bahwa sama sekali bahwa tak ada sambungan telepon kabel di seluruh wilayah kabupaten. Kebayang tidak???

Kata petugas di dinas kesehatan ada dua nomor faximile di kantor bupati, jadi kalo mau kirim kabar ke dinas kesehatan bisa nge-fax ke kantor bupati, nantinya orang kantor bupati yang akan menyampaikan ke dinas kesehatan. Dan yang diluar dugaan setelah saya diberi nomor fax tersebut… kode areanya Kota Makassar.
Kok bisaa???
Kok bukan Kota Sorong???
Entahlah…

Kabupaten baru ini terdiri dari 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo, yang merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama.

Pulau2 kecil banyak yang berpenghuni hanya puluhan jiwa saja, yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan. Dan tentu saja transportasi antar pulau tidak ada pilihan selain angkutan laut.

Saya sempat mampir ke salah satu pulau yang dihuni tak lebih dari 30-40 jiwa, yang seluruhnya nelayan. Sama sekali tidak ada fasilitas umum di pulau tersebut. Untuk mencapai daratannya yang berupa tebing saja saya harus memanjat tangga2 bambu yang cukup tinggi. Rumah kebanyakan dari bahan bambu, dengan ukuran tak lebih dari 6x8 m2 yang dihuni belasan jiwa. Yak belasan jiwa! Karna memang hanya ada tiga rumah di pulau itu.

Pelayanan kesehatan??? Setelah saya konfirmasi ke Dinas Kesehatan, puskesmas mengembangkan pelayanan puskesmas terapung untuk menjangkau pulau2 kecil tersebut. Dengan keterbatasan biaya maka frekuensinya sekali sebulan.

Jadi kalo sakit pas saat abis ada kunjungan puskesmas ya harus sabar nunggu kunjungan bulan berikutnya.

Pengembangan pelayanan puskesmas terapung inipun bisa berjalan setelah ada Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang bisa dimanfaatkan untuk beli bahan bakar. Bahan bakar memang sangat menentukan. Di kabupaten ini baru saja didirikan POM bensin, yang seringkali kehabisan stok. POM bensin satu2nya di kabupaten ini.

Rumah Sakit??? Yak.. sudah ada satu RS di Kabupaten Raja Ampat, yang meski dengan fasilitas minimal sudah bisa beroperasi. Tapiiii… UTD-RS (unit transfusi darah-rumah sakit) baru dibentuk saat ini, jadi belum bisa beroperasi. Kalau ada yang sakit dan butuh darah, silahkan dirujuk ke Kota Sorong, dengan sewa boat 7-8 juta pulang pergi, ini masih biaya ‘beyond health’nya, belum benar2 biaya berobatnya.

Jadi… bila benar universal coverage diberlakukan, apa pengaruhnya untuk mereka? Karna pelayanannya memang kurang atau bahkan tidak ada.

…dan kita yang membaca ini, yang di sini… apa ya pantas mengeluh???


-ADL-

e book 4 free; PROYEKSI & POLA AKSES PELAYANAN KESEHATAN IBU 5 TAHUN TERAKHIR DI INDONESIA


by

Agung Dwi Laksono

Rukmini

Copyright © 2011
Health Advocacy, Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat

109 pages
2.035 kilo bytes

Buku ini menyajikan secara deskriptif pola
pelayanan kesehatan terhadap ibu. Pola pelayanan itu
mencapkup tiga saat penting, yang meliputi saat
kehamilan, saat persalinan, maupun pasca persalinan lima
tahun terakhir.
Di bagian akhir buku juga dilakukan proyeksi pola
pelayanan yang diterima ibu sampai dengan tahun 2015.
Besar harapan buku ini dapat bermanfaat bagi aktor
lapangan dalam evaluasi maupun perencanaan. Kritik dan
masukan yang membangun masih sangat diperlukan untuk
kesempurnaan edisi selanjutnya, terutama saat Riskesdas
2013 dilakukan.


Daftar Isi

BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. METODE
2.1. Metode Analisis
2.2. Metode Proyeksi
2.3. Sumber Data
2.4. Unit Analisis
2.5. Populasi dan Sampel
2.6. Definisi Operasional
2.7. Keterbatasan Analisis
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pola Akses Pelayanan Kesehatan pada Kehamilan
3.2. Pola Akses Pelayanan Kesehatan pada persalinan
3.3. Pola Akses Pelayanan Kesehatan Pasca Persalinan
3.4. Pola Akses Pelayanan Kesehatan Kehamilan, Persalinan & Pasca Persalinan Pada Ibu dengan Status Anak Terakhir yang Meninggal
3.5. Proyeksi Cakupan Pola Akses Pelayanan Kesehatan Ibu
BAB 4. RINGKASAN TEMUAN


seperti biasanya, tulis alamat email di kolom komen!

e book 4 free; STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN, Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan - Agung Dwi Laksono

e book 4 free; STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN, Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan

by

Agung Dwi Laksono

EVIE SOPACUA
SUHARMIATI
LESTARI HANDAYANI
RISTRINI
HERTI MARYANI
BAMBANG WASITO

Diterbitkan oleh;
Health Advocacy
Yayasan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat

Bekerja sama dengan;
PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN, KEMENTERIAN KESEHATAN RI

96 halaman
1.022 bytes




PENGANTAR

Dalam era desentralisasi, penggunaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai tolok ukur kinerja menjadi sebuah keniscayaan. Akuntabilitas adalah sebuah syarat mutlak yang memaksa kita untuk mau tidak mau mengimplemen-tasikannya dalam sebuah pelayanan publik, tidak terkecuali pelayanan kesehatan di dalamnya.

Di dalam sebuah negara besar seperti Indonesia, dengan tingginya tingkat variabilitas antar daerah sesungguhnya diperlukan sebuah SPM yang juga spesifik lokal. Penerbitan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/ Sk/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota sebenarnya sebuah langkah maju dalam upaya akuntabilitas kinerja pelayanan publik.

Penerbitan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota yang menganulir kebijakan sebelumnya juga sebenarnya sangat produktif. Karena kebijakan terbaru tentang SPM Kesehatan ini lebih menyederhanakan indikator kinerja di bidang pelayanan kesehatan.

Kekurangan dari ke-dua kebijakan ini adalah tidak mengadopsi tingkat variabilitas yang tinggi antar wilayah. Untuk itu maka buku ini ditulis. Meski juga buku ini tidak untuk membagi peran yang lebih adil antar kabupaten/kota, tapi lebih ditekankan pada pembagian peran antar puskesmas/kecamatan dalam satu wilayah kabupaten/kota dengan pertimbangan input (sarana & prasarana, sumber daya tenaga kesehatan, dan besaran alokasi anggaran bidang kesehatan) dan target.

Harapan yang tinggi agar buku ini bisa operasional di lapangan, untuk itu masih berharap kritik membangun untuk perbaikan ke depan.

Untuk Indonesia yang lebih baik!


klo menginginkan buku ini... tinggal kirim alamat email di kolom komen!