BEBERAPA CARA LAIN PENELITIAN CEPAT

AV

Frens (minjem istilah mas Agung), it’s great to meet you again…ini seri ke 2 dari apa yang ingin saya bagikan. Hanya saja, sebaiknya all of you melengkapi kesepemahaman ini ;-) dengan membaca kepustakaan yang terkait, or en berselancar di dunia maya, sehingga menambah luas wawasan kita.

Kata mas Agung, sekali posting materinya berat, tapi memberi pencerahan, but bukan hanya untuk all of you, tapi especially to me…coz learning is a whole life process..an never ending process..;)
Minjem kata-katanya om Bob Sadino (dalam d’show di trans tv jumat 22 mei 2009)…sekolah (yang dibatasi 4 dinding en dapat gelar) adalah belajar menjadi tahu..tetapi apa yang kita kerjakan seperti saat ini adalah belajar menjadi bisa…;)

So..let’s begin our tour of duty…..yuk..

WHO mengembangkan beberapa cara lain penelitian cepat selain RAP adalah Rapid Survey (Survei Cepat) dan Rapid Evaluation Method (REM).


Apa ya, yang dimaksud dengan RAPID SURVEY.


Rapid Survey atau Survei Cepat ini pertama kali dikembangkan pada proyek Expanded Programme on Imunization dari WHO. Survei cepat ini dilakukan untuk melihat cakupan suatu program kesehatan, seperti yang dilakukan WHO, berkaitan dengan imunisasi.


Survei cepat mempunyai ciri khas, yaitu :
1) Temuan digunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di masyareakat berkaitan dengan program kesehatan.
2) Pengambilan sampel secara dua tahap yaitu tiap kabupaten diambil sebanyak 30 klaster, kemudian pada masing-masing klaster diambil sebanyak 7 sampai 10 responden.
3) Jumlah pertanyaan dibatasi ± 20 – 30 pertanyaan.
4) Rancangan sampel, pemasukan, pengolahan dan Analisis data dilakukan dengan bantuan komputer.
5) Waktu sejak pelaksanaan sampai pelaporan singkat ± 2-3 minggu.
6) Hasil survei disajikan dengan memakai teknis statistik yang sederhana dengan tetap memperhatikan kaidah statistik yang berlaku.

Bagaimana proses pelaksanaan Survei Cepat? (apa juga cepat-cepat?)

Perlu memperhatikan beberapa hal dalam pelaksanaan survei cepat, yaitu :
1) Menentukan masalah kesehatan yang menjadi prioritas di daerah penelitian dan menentukan tujuan pelaksanaan survei secara jelas dan rinci
2) Menentukan besar dan metode pengambilan sampel
3) Mengembangkan alat pengumpul data
4) Pengorganisasian dan pelaksanaan survei
5) Analisis data, interpretasi hasil analisis dan penyusunan laporan
6) Pengembangan kegiatan program dan lanjutan.

Kalo gitu, gimana cara pengambilan sampel dalam Survei Cepat?
Usul WHO tentang cara pengambilan sampel di negara berkembang yang melaksanakan survei cepat adalah cara klaster 2 tahap.

Pada pemilihan klaster tahap pertama menggunakan Probability Proportionate to Size (PPS) atau probability yang proporsional dengan besar klaster. Kemudian pada tahap ke dua dilakukan pemilihan subyek penelitian menggunakan desain acak sederhana atau SRS (Simple Random Sampling) atau melakukan pemetaan dengan sistem rumah terdekat.

Secara praktis jumlah sampel pada survei cepat adalah sebesar 30 x 7 (30 klaster / desa, 7 orang tiap klaster/desa), sudah cukup untuk mengukur jumlah kasus yang sering terjadi (15 - 85%)...tapi penentuannya tetap menggunakan cara klaster 2 tahap loh, seperti yang udah diomongin di atas..bukan berarti asal nentuin secara praktis!!!..bisa dimarahin sama yang develop Survei Cepat coz ini pendekatannya kuantitatif...

Terus, pengelolaan & analisis data pada Survei Cepat gimana?

Frens, dalam Survei Cepat, data yang sudah dikumpulkan, diolah dan dianalisis dengan penekanan bahwa pengambilan sampel bertujuan untuk mempelajari kondisi yang ada di populasi. Oleh karena itu dalam analisis data dilakukan estimasi ke populasi dan salah satu ukurannya adalah Confidence Interval.

Confidence Interval ato CI itu, menggambarkan seberapa baik presisi atau ketepatan hasil survei. Semakin sempit interval sampel suatu survei, semakin baik presisi survei tersebut. Penghitungan CI ini bergantung pada desain sampel yang digunakan oleh sebab itu perlu memperhatikan perangkat lunak yang digunakan untuk menghitung CI seperti SPSS, SAS, BMDP, Epistat dll. yang menggunakan asumsi desain acak sederhana (SRS).

Catatan : Survei cepat kadang diperlukan dalam RAP yang luas, ketika pendekatan kualitatif memerlukan verifikasi dengan pendekatan kuantitatif...;-)

Naa,..tarik napas panjang…keluarkan…en kita lanjutkan, yuk...

And now,..kita pelajari bersama yang namanya RAPID EVALUATION METHOD.

Rapid Evaluation Method (REM) dikembangkan tahun 1991 oleh WHO. Kalau pada survei cepat penekanannya adalah melihat ke sasaran masalah terutama cakupan, maka REM menekankan pada kualitas pelayanan kesehatan dan kinerja petugas.

REM adalah suatu pendekatan yang bersifat partisipasif dan motivasional. Artinya partisipasi diperoleh dari semua pihak meliputi para pengambil keputusan, manajer program atau petugas pelayanan kesehatan dan mereka semua termotivasi untuk bekerja bersama secara cepat dan paripurna dalam menilai situasi pelayanan kesehatan program atau bidang tertentu.
Metode yang digunakan dalam REM mencakup metode yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Area yang dapat diexplorasi oleh REM meliputi sarana dan prasarana kesehatan, peralatan, penyediaan, managemen, persepsi dan sikap petugas, klien maupun kelompok masyarakat.

Tujuan dari REM secara umum, adalah :
1) Mendapatkan informasi yang reliabel tentang kinerja pelayanan kesehatan dengan penekanan pada kualitas pelayanan, kinerja petugas dan kepuasan klien.
2) Memberikan suatu alat evaluasi yang dapat diadaptasi untuk dapat digunakan pada berbagai tingkatan pelayanan kesehatan, dengan menggunakan sumberdaya lokal.
3) Memberikan kemampuan manager program serta petugas kesehatan dalam melakukan rancangan proses evaluasi, implementasi, analisis data serta menggunakan hasil untuk intervensi.

REM, dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa tahapan yaitu :
1) Perencanaan
Pada tahap ini, membentuk suatu tim yang terdiri dari 4 sampai 5 orang petugas termasuk pembuat kebijaksanaan, Dalam tim ini ditentukan satu orang sebagai ketua tim. Tahap perencanaan diperkirakan berlangsung selama 2-3 hari.

2) Persiapan
a. Pada tahap ini tim inti diperbesar dengan melibatkan personil dari tempat pelayanan terpilih dimana personil tersebut diharapkan menguasai aspek klinis maupun manajerial.
b. Salah satu langkah yang penting adalah membuat kerangka sampel dan memilih sampel.
c. Sampling pada REM dilakukan baik pada tempat pelayanan (SDP = Service Delivery Point) atau terhadap masyarakat.
d. Rancangan multistage - cluster random dapat digunakan dan dianjurkan pemilihan tiap jenis SDP dengan cara PPS (Probability Proportional to Size).
e. Tiap SDP dianjurkan untuk diambil minimal 25 klien/responden untuk wawancara dan dipilih secara random.

3) Pengumpulan data dan Analisis
Sebelum dilakukan pengumpulan data dijelaskan terlebih dahulu oleh ketua tim, apa saja yang akan dievaluasi, bagaimana evaluasi yang dilaksanakan dapat membantu pengambilan keputusan.
Pada tahap ini dilakukan telaah :
a. Isu kesehatan utama berdasarkan matriks isu - informasi yang telah disusun.
b. Kegiatan utama yang akan dievaluasi pada tempat pelayanan yang dipilih (SDP).
c. Melakukan konfirmasi tiap aspek yang dievaluasi.
d. Data yang ada, serta menilai bagaimana kualitasnya dan relevansinya dengan isu yang jadi perhatian utama
e. Memilih metode yang paling sesuai untuk tiap isu, serta jenis data yang akan dikumpulkan. Metode yang umumnya digunakan dalam REM.
①. Record Review (telaah catatan)
②. Direct Observation terhadap task (tugas/tanggungjawab) klien.
③. Enumerasi atau pengujian alat dan obat maupun persediaannya.
④. Exit Interview terhadap klien (= Indepth Interview)
⑤. FGD (Focus Group Discusion)
⑥. Wawancara tingkat rumah tangga (Household Interview)

4) Tindak Lanjut
Pada tahap ini dilakukan langkah kegiatan seperti deseminasi hasil temuan, analisis data lanjut dan implementasi perubahan yang direkomendasikan dalam pelayanan kesehatan,

Evaluasi secara menyeluruh dengan REM diperkirakan memakan waktu antara 10 minggu - 16 minggu. Waktu yang demikian ini dirasakan relatif cepat karena informasi yang diperoleh cukup komprehensif, termasuk hal yang bersifat manajerial.

Kalo disimak, setiap jenis penelitian cepat mempunyai kegunaan masing-masing dalam penerapannya en dilaksanakan cepat-cepat karena informasi yang dibutuhkan sifatnya segera (urgently required), sebagai evidence based untuk penetapan kebijakan yang cepat dan mendesak.

Oke..seri ke 2 selesai…tapi sebaiknya all of u frens, browsing dan baca rujukan terkait untuk meluaskan pemahaman tentang semua jenis metode penelitian cepat…n share di blog ini untuk saling melengkapi…

So,...kali ini materinya ringan kan? Seringan udara yang dihirup...tak terasa tapi dibutuhkan...ce’ile..

Sampai ketemu di seri berikutnya...adios

AV, pamit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar