by Agung Dwi Laksono
dear all,
Data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan via Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tentang situasi perkembangan terakhir HIV & AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sampai dengan triwulan 2 (Juni 2010) jumlah kumulatif penderita HIV & AIDS mencapai 21.770.
angka ini berdasarkan laporan dari 300 kabupaten/kota dari 440 lebih kabupaten/kota di Indonesia. artinya bahwa data tersebut tentu saja masih sebagian dari angka sebenarnya, apalagi fenomena gunung es berlaku untuk prevalensi HIV & AIDS.
yang cukup memprihatinkan bahwa prevalensi terbanyak justru ada pada kelompok usia produktif!
yaitu pada kelompok umur 20-29 tahun (48,1%), kelompok umur 30-39 tahun (30,9%), dan ranking ke-tiga pada kelompok umur 40-49 tahun (9,1%).
berdasarkan prediksi Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) angka kumulatif ini akan berkembang sangat pesat bila tidak ada perlakuan khusus berupa universal access. diprediksikan pada tahun 2015 terjadi peningkatan kasus menjadi sebesar 924.000 kasus dengan prevalensi 0,49%. Angka ini melonjak tajam menjadi 2.117.000 kasus pada tahun 2025 dengan prevalensi 1,00%.
menurut KPAN Lonjakan ini bisa dicegah menjadi kurang dari setengahnya bila sasaran universal access dapat dicapai pada tahun 2014. Universal access yang dimaksud adalah 80% sasaran kunci dijangkau oleh program yang efektif dan 60% populasi kunci berperilaku aman.
Dalam strategi maupun rencana aksi nasional yang disusun KPAN, yang termaktub dalam ‘Strategi dan Rencana Aksi Nasional tahun 2010-2014’ yang paling utama adalah upaya pencegahan. Meski demikian, kegiatan pokok pencegahan yang disusun oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional yang tertuang dalam dokumen tersebut hanya pencegahan penyakit yang berkaitan langsung dengan penderita. Hal ini tercermin pada kegiatan layanan yang dikampanyekan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, yang terdiri dari 6 (enam) jenis layanan, antara lain
- Layanan Konseling & Tes Sukarela (Voluntary & Counseling Test/VCT),
- Pelayanan, Dukungan & Perawatan (Combination Drug Therapy/CST),
- Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS),
- Layanan Program Pencegahan Ibu ke Anak (Preventing Mother-to-Child Transmission/PMTCT),
- Layanan Alat Suntik Steril (LASS), dan
- Layanan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).
menurut saya strategi pencegahan terbaik adalah di hulu, meski tetap dengan memperhatikan dan melaksanakan pencegahan dan therapi yang di hilir.
strategi pencegahan di hulu bisa dilakukan pada kelompok yang lebih muda dari kelompok umur paling dominan (20-29 tahun). artinya bahwa kelompok umur di bawah 20 tahun (teenager) merupakan sasaran strategis yang paling punya daya ungkit dalam menekan angka laju pertumbuhan HIV & AIDS.
upaya pencegahan bisa dimulai dengan sosialisasi ato penyuluhan hal yang paling mendasar dari konsep kesehatan reproduksi, karena pada kelompok umur tersebut merupakan fase 'coba2' dengan keingintahuan yang sangat besar.
bagaimana menurut sampeyan??!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar