by Fritjof Capra, California, Dublin, 9 September 1997
Fritjof
Capra, Ph.D., ilmuwan dan ahli teori sistem, adalah direktur pendiri
Pusat Ekoliterasi di Berkeley, California. Ia pengarang 3 buku bestsellers internasional, The Tao of Physics, The Turning Point, and Uncommon Wisdom. Buku barunya, The Web of Life, diterbitkan pada bulan Oktober 1996.
Pendahuluan
Pada
bulan Februari 1943, ilmuwan Austria Erwin Schrodinger, salah seorang
pencetus teori kuantum, menyampaikan serangkaian kuliah pada Trinity
College di Dublin dengan judul “Apakah kehidupan itu?” Kuliah tersebut
telah mengubah arah perjalanan ilmu pengetahuan tentang kehidupan (life sciences).
Pada kuliah ini, dan pada buku berikutnya dengan judul yang sama,
Schrodinger mengajukan hipotesis yang jelas dan mengesankan tentang
struktur molekuler gen, yang mendorong para ahli biologi untuk
memikirkan ilmu genetika dengan cara baru, dan dengan demikian
terbukalah bidang ilmu pengetahuan baru, yaitu biologi molekuler.
Selama
berpuluh-puluh tahun berikutnya, bidang pengetahuan baru ini
menghasilkan sejumlah penemuan yang gemilang, yang puncaknya pada saat
dipecahkannya kode genetik. Namun demikian, kemajuan yang luar biasa ini
tidak juga dapat membantu para ahli biologi menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh Schrodinger: “Apakah kehidupan itu?”. Mereka tidak pula
mampu menjawab sederet pertanyaan serupa yang telah memusingkan para
ilmuwan dan filosof selama beratus-ratus tahun.
Para ahli
biologi molekuler telah menemukan landasan dasar kehidupan, namun itu
belum dapat membantu mereka memahami mekanisme integratif vital pada
mahluk hidup. Dua puluh lima tahun yang lalu, salah seorang ahli
biologi molekuler terkemuka, Sidney Brenner, melontarkan komentar
kritis berikut ini:
Di satu sisi, anda dapat mengatakan
bahwa semua temuan genetik dan biologi molekuler selama kurun waktu 60
tahun yang lalu bisa dianggap sebagai suatu jeda yang panjang....
Karena program tersebut telah mencapai titik akhir, maka kita sampai
pada lingkaran Ñ dan kembali kepada masalah-masalah yang belum
terpecahkan. Bagaimanakah organisme yang terluka membentuk kembali
struktur yang persis sama dengan struktur sebelumnya? Bagaimanakah
telur membentuk organisme? Saya pikir dalam waktu dua puluh lima
mendatang kita harus mengajar para ahli biologi bahasa yang berbeda. ..
Saya tidak tahu ini akan disebut apa; tak seorang pun yang tahu,,,
Mungkin kita salah mempercayai bahwa semua logika berada pada tingkat
molekuler. Kita mungkin perlu melampaui mekanisme jarum jam.
Sejak
saat komentar ini dibuat oleh Brenner, suatu bahasa baru untuk
memahami kompleksitas sistem kehidupan Ñ-- yaitu, sistem kehidupan
organisme, sistem sosial, dan ekosistem-- benar-benar muncul ke
permukaan. Mungkin anda pernah mendengar tentang konsep baru untuk
memahami sistem yang kompleks ini-- seperti istilah chaos, attractor, dissipative structure, self-organisation, dan sebagainya.
Pada
awal tahun 1980-an, saya membuat sintesa penemuan baru di atas,
sebagai suatu kerangka kerja konseptual untuk memahami kehidupan secara
ilmiah. Saya mengembangkan dan menyempurnakan sintesa saya selama
sepuluh tahun, mendiskusikannya dengan berbagai macam ilmuwan, dan
belakangan ini menerbitkannya sebagai buku baru saya, yang berjudul
Jaring Kehidupan.
Tradisi intelektual berpikir sistem, dan
model sistem kehidupan yang dikembangkan pada awal dekade abad ini,
membentuk akar konseptual dan historis kerangka kerja ilmiah baru yang
ingin saya sampaikan kepada anda malam ini. Sesungguhnya, sintesa saya
tentang model dan teori baru bisa dilihat sebagai garis besar teori
sistem kehidupan yang sedang berkembang. Apa yang sedang muncul di
garis depan ilmu pengetahuan adalah teori ilmiah koheren yang
menawarkan-- untuk pertama kalinya-- kesatuan pandangan akan pikiran,
zat/ elemen, dan kehidupan.
Karena masyarakat industri
telah didominasi oleh faham Cartesian yang memisahkan antara pikiran
dan zat/ elemen dan oleh paradigma mekanistis yang kuat selama tiga
ratus tahun yang lalu, maka visi baru yang memecahkan faham pemisahan
Cartesian bukan hanya akan membawa dampak ilmiah dan filsafat yang
penting, tetapi juga akan membawa implikasi praktis yang luar biasa
besarnya. Visi ini akan merubah cara kita berhubungan dengan orang lain
dan dengan lingkungan alam kehidupan kita, cara kita menangani
kesehatan, cara kita memahami organisasi usaha kita, sistem pendidikan
kita, dan lembaga sosial dan politik lainnya.
Secara
khusus, visi baru tentang kehidupan akan membantu kita membangun dan
mengasuh masyarakat yang berkelanjutan-- tantangan besar di jaman
kita-- karena visi ini akan membantu kita memahami bagaimana
‘masyarakat’ alam semesta seperti tanaman, binatang, dan
mikroorganisme-- atau disebut ekosistem-- mengatur diri sendiri dalam
rangka memaksimalkan keberlanjutan ekologis mereka. Kita harus banyak
belajar dari kebijakan alam, dan karenanya kita harus melek
istilah ekologi. Kita perlu memahami prinsip dasar ekologi, yakni bahasa
alam. Kerangka kerja baru yang saya sampaikan di buku saya menunjukkan
bahwa prinsip-prinsip ekologi ini juga merupakan prinsip dasar
organisasi semua sistem kehidupan. Karenanya saya percaya bahwa jaring
kehidupan memberikan dasar yang kuat untuk teori dan praktek ekologi.
Kemunculan Berfikir Sistem (system thinking)
Ijinkanlah
saya mulai menjelaskan garis besar pemahaman baru tentang kehidupan
dari perspektif historis tradisi berpikir sistem. Berpikir sistem mulai
muncul sekitar tahun 1920-an secara berurut dalam tiga bidang yang
berbeda: biologi organismik, psikologi Gestalt, dan ekologi. Pada semua
bidang ini, para ilmuwan mengamati sistem kehidupan, yaitu totalitas
terpadu yang propertinya tidak dapat direduksikan pada bagian-bagian
yang lebih kecil. Sistem kehidupan meliputi organisme individu, bagian
organisme, dan masyarakat organisme, seperti sistem sosial dan
ekosistem. Sistem kehidupan mencakup suatu rentangan yang sanga luas,
dan karenanya berpikir sistem secara alamiah merupakan pendekatan
interdisiplin atau ‘pendekatan transdisiplin’.
Sejak
awal ilmu biologi, para filsuf dan ilmuwan telah menyadari bahwa
bentuk mahluk hidup lebih daripada sekadar bentuk, atau konfigurasi
statis komponen pada totalitas keseluruhan. Para pemikir sistem pertama
terdahulu menyatakan kenyataan ini dalam sebuah ungkapan yang masyhur,
“:Keseluruhan (the wholes) bukan sekedar jumlah dari bagian (parts)”.
Selama beberapa decade, para ahli biologi dan psikologi berkutat dengan pertanyaan: dalam hal apakah persisnya keseluruhan (the wholes) lebih daripada sekedar kumpulan bagian (the parts)?.
Pada masa itu timbul perdebatan yang sengit antara 2 aliran pemikiran,
yang dikenal dengan dengan faham mekanisme dan vitalisme. Para
penganut faham mekanisme berkata: “Keseluruhan (the wholes) tiada lain dan tiada bukan adalah kumpulan bagian (the parts).
Semua fenomena biologis dapat dijelaskan melalui hukum fisika dan
kimia”. Para penganut faham vitalisme tidak sependapat dan
mempertahankan bahwa perwujudan non-fisik Ň—kekuatan pendorong vital,
atau bidang Ň harus ditambahkan kedalam hukum fisika dan kimia untuk
menjelaskan fenomena biologis.
Aliran pemikiran biologi
organismik muncul sebagai jalan keluar ketiga dari perdebatan ini. Para
ahli biologi organismik menyerang pengikut kedua aliran mekanisme dan
vitalisme. Mereka berpendapat bahwa sesuatu harus ditambahkan kedalam
hukum fisika dan kimia untuk memahami kehidupan, namun sesuatu itu,
dalam pandangan mereka, bukanlah entitas (perwujudan) yang baru.
Sesuatu itu adalah pengetahuan tentang living system organisasi, atau “hubungan keorganisasiannya”.
Pandangan
sistem tentang kehidupan pertama kali dirumuskan oleh para ahli
biologi organismik. Pandangan ini mengukuhkan bahwa properti utama living system merupakan
properti keseluruhan, yang tidak dimiliki oleh bagian. Properti ini
muncul akibat interaksi dan hubungan antar bagian. Properti ini rusak
manakala sistem itu terpenggal, baik secara lahiriah ataupun secara
teoritis, menjadi elemen yang terpisah-pisah. Meskipun kita bisa
membedakan setiap bagian inividu pada suatu sistem, bagian-bagian itu
tidaklah terpisah-pisah, dan sifat dasar keseluruhan selalu berbeda
dengan sifat bagiannya. Untuk merumuskan pandangan ini dengan jelas,
dibutuhkan waktu bertahun-tahun, dan konsep berpikir sistem pun lahir
pada periode tersebut.
Ilmu pengetahuan ekologi, yang
dimulai pada tahun 1920-an, memperkaya cara berpikir sistemik yang
muncul saat itu dengan memperkenalkan konsep yang sangat penting, yakni
konsep jaringan kerja. Dari awal perkembangan ekologi, masyarakat
ekologi dianggap sudah terdiri dari organisme yang terhubung secara
bersama-sama dalam suatu jaringan kerja melalui hubungan pemberian
makanan (feeding). Pertama-tama, para ahli ekologi merumuskan
konsep rantai makanan dan siklus makanan, dan konsep ini segera
dikembangkan menjadi konsep kontemporer jaring makanan.
“Jaring
Kehidupan” merupakan gagasan kuno yang telah lama digunakan oleh para
pujangga, filsuf, dan ahli mistik di sepanjang masa untuk menyampaikan
perasaan keterikatan dan interdependensi semua fenomena. Karena konsep
jaringan kerja menjadi semakin dikenal di bidang ekologi, para pemikir
sistem mulai menggunakan model jaringan kerja di semua tingkatan
sistem, dengan melihat organisme sebagai jaringan organ dan sel, dan
ekosistem sebagai jaringan organisme individu. Gagasan ini mendorong
munculnya suatu pandangan penting bahwa jaringan kerja merupakan pola
yang bersifat umum bagi semua kehidupan. Dimana saja anda melihat
kehidupan, anda akan melihat jaringan kerja.
Ciri-ciri Berpikir Sistem
Sekarang,
ijinkan saya meringkas beberapa ciri-ciri penting berpikir sistem.
Living systems merupakan kesatuan keseluruhan, dan dari itu berpikir
sistem mengandung pengertian pergeseran perspektif berpikir dari bagian
menuju ke keseluruhan. Keseluruhan lebih daripada sekedar kumpulan
bagian, dan kelebihannya adalah pada hubungan. Jadi, berpikir sistem
adalah cara berpikir dalam pengertian hubungan. Pergeseran dari bagian
ke arah keseluruhan membutuhkan pergeseran fokus lain, yaitu dari fokus
objek menjadi fokus hubungan.
Memahami hubungan bukanlah
hal yang mudah bagi kita, karena hubungan merupakan sesuatu yang
bertolak belakang dengan kegiatan ilmiah tradisional di kebudayaan
Barat. Pada ilmu pengetahuan, kita telah diajari, bahwa segala sesuatu
harus diukur dan ditimbang. Namun, hubungan tidak dapat diukur dan
ditimbang,; hubungan perlu dipetakan. Jadi, inilah pergeseran
berikutnya: dari pengukuran ke arah pemetaan. Bilamana anda memetakan
hubungan, anda akan menemukan konfigurasi hubungan tertentu secara
berulang. Inilah yang kita sebut ‘pola’. Pola adalah konfigurasi
hubungan yang muncul berkali-kali. Studi tentang hubungan melahirkan
studi tentang pola. Berpikir sistem melibatkan pergeseran perspektif
berfikir, yakni dari perkspektif isi pemikiran menjadi perspektif pola
pemikiran.
Lebih jauh lagi, memetakan hubungan dan
mempelajari pola bukanlah pendekatan kuantitatif namun merupakan
pendekatan kualitatif. Sesungguhnya, pada matematika baru yang kompleks
‘analisis kualitatif’ sekarang ini digunakan sebagai istilah teknis.
Jadi, berpikir sistem mengandung pengertian pergeseran dari pendekatan
kuantitas menjadi pendekatan kualitas.
Akhirnya, studi
tentang hubungan tidak saja terkait dengan hubungan antar komponen pada
suatu sistem, melainkan juga hubungan antara sistem secara keseluruhan
dan sistem yang lebih besar disekitarnya. Hubungan antara sistem dan
lingkungan itulah yang disebut dengan istilah konteks. Kata ‘konteks’
yang berasal dari bahasa Latin ‘contexere’, artinya ‘merajut
bersama’, yakni mengandung pengertian jaringan kerja-- dan ini mungkin
yang paling cocok dijadikan ciri utama berpikir sistem secara
menyeluruh. Berpikir sistem adalah ‘berpikir’ secara kontekstual.
Ada
elemen berpikir sistem lain yang penting, yang akan saya bicarakan
belakangan, yaitu berpikir dalam pengertian proses-- yang secara
historis kehadirannya agak terlambat. Jadi berpikir sistem berarti
berpikir kontekstual sekaligus berpikir proses.
Teori Sistem Klasik
Konsep
utama berpikir sistem dikembangkan selama kurun waktu 1920-an hingga
1940-an, kemudian, diikuti dengan perumusan teori sistem yang
sebenarnya. Ini berarti bahwa konsep sistem dipadukan kedalam kerangka
teoritis yang menguraikan prinsip-prinsip organisasi living systems. Teori yang saya namakan teori sistem klasik tersebut termasuk teori sistem dan sibernetika.
Teori
sistem universal dirumuskan pada tahun 1940-an oleh Ludwig von
Bertalanffy, seorang ahli Biologi kebangsaan Austria yang mengawali
perombakan dasar-dasar ilmu pengetahuan mekanistik dengan visi holistik.
Seperti ahli biologi organismik yang lainnya, Bertalanffy percaya
bahwa fenomena biologis memerlukan cara berpikir baru. Tujuannya adalah
membangun ‘keseluruhan ilmu pengetahuan umum’ sebagai disiplin
matematika formal.
Sumbangan terbesar Bertalanffy, menurut
hemat saya, adalah konsep ‘sistem tebuka’ sebagai pembeda utama
fenomena biologis dan fisik. Living systems, menurutnya,
adalah sistem terbuka, yang berarti bahwa sistem tersebut seyogyanya
mempertahankan fluktuasi materi dan energi secara terus-menerus yang
berasal dari lingkungan mereka sebagai usaha pemertahanan hidup.
Sistem
terbuka ini mempertahankan dirinya sendiri secara seimbang, yang
ditandai oleh alur dan perubahan yang terus menerus. Bertalanffy
menggunakan istilah dalam bahasa Jerman Fliessgleichgewicht
("keseimbangan aliran") untuk menjelaskan kondisi keseimbangan yang
dinamis tersebut. Ia mengakui bahwa sistem terbuka tersebut tidak dapat
dijelaskan dengan termodinamika klasik, yang merupakan teori sistem
kompleks yang ada saat itu, dan ia berteori bahwa termodinamika baru
sistem terbuka dibutuhkan untuk menjelaskan living systems.
Konsep
Ludwig von Bertalanffy tentang sistem terbuka dan teori sistem
universal melahirkan berfikir sistem sebagai gerakan ilmiah besar.
Selain itu, kecenderungannya pada aliran dan keseimbangan aliran
memunculkan berpikir proses sebagai aspek baru yang penting dari
berpikir sistemik. Ia tak mampu menuliskan termodinamika baru dari
sistem terbuka yang ia cari, karena ia kurang mengetahui matematika
tepat guna untuk mencapai tujuan tsb. Tiga puluh tahun kemudian, Ilya
Prigogine merampungkan cita-cita besar tersebut, dengan menggunakan
matematika kompleks yang telah terumuskan saat itu..
Sibernetika,
teori sistem klasik lain, dirumuskan oleh kelompok ilmuwan
interdisiplin, termasuk didalamnya ahli matematika Norbert Wiener dan
John von Neumann, ahli ilmu syaraf Warren McCulloch, dan ilmuwan sosial
Gregory Bateson dan Margaret Mead.
Sibernetika segera
menjadi gerakan intelektual yang kuat, yang kemudian melahirkan biologi
organismik dan teori sistem universal. Fokus utama para ahli
sibernetika itu terpusat pada pola-pola organisasi. Secara khusus,
mereka tertarik pada pola-pola komunikasi, utamanya pola komunikasi
yang ada pada putaran tertutup (closed loop) dan jaringan kerja (networks). Pengamatan mereka membuahkan konsep umpan balik (feedback), pengontrolan diri sendiri (self-regulation), dan pengorganisasian diri sendiri (self-organization).
Konsep umpan balik (feedback),
salah satu prestasi gemilang dari sibernetika, dekat sekali
hubungannya dengan pola jaringan kerja. Pada suatu jaringan kerja, anda
dihadapkan pada siklus dan putaran tertutup, dan putaran ini bisa
menjadi putaran umpan balik (feedback loop). Putaran umpan
balik adalah sejumlah elemen yang terhubung dalam lingkaran
sebab-akibat, yang mana penyebab awal tumbuh di sekitar pengait
putaran, sehingga setiap elemen membawa akibat terhadap elemen
berikutnya, hingga elemen terakhir memberi umpan balik terhadap elemen
pertama dari siklus tersebut.
Fenomena umpan balik (feedback) sangat penting artinya bagi living systems. Karena umpan balik, jaringan kerja yang ada (living networks)
dapat mengontrol dan mengatur dirinya sendiri. Suatu masyarakat,
misalnya, dapat mengontrol dirinya sendiri. Mereka dapat belajar dari
kesalahan, karena kesalahan akan berputar dan kembali lagi di sepanjang
putaran umpan balik tersebut. Jadi, masyarakat dapat mengatur dirinya
sendiri dan belajar. Karena umpan balik, suatu masyarakat memperoleh
intelgensianya tersendiri, yakni kapasitas pembelajarannya sendiri.
Jadi, jaringan kerja, umpan balik, dan pengaturan diri sendiri merupakan konsep yang saling terkait. Living systems adalah jaringan kerja yang mampu membangun pengorganisasian diri sendiri.
Matematika Kompleksitas Baru
Sekarang, saya tiba pada bagian yang paling penting dari uraian historis singkat saya. Ada batas persimpangan (turning point) antara teori sistem klasik dari tahun 1940-an dan teori living systems
yang dikembangkan selama 25 tahun belakangan ini. Ciri pembeda teori
baru ini adalah bahasa matematika baru yang memungkinkan para ilmuwan
untuk pertama kalinya memecahkan berbagai kompleksitas living systems secara matematis.
Perlu kita sadari bahwa sesederhana apa pun suatu living systems,
misalnya sel bakteri, ia pasti memiliki jaringan kerja yang sangat
rumit yang melibatkan beribu-ribu reaksi kimia yang saling bergantung (interdependent).
Seperangkat konsep dan teknik untuk menghadapi berbagai kompleksitas
sekarang ini telah telah muncul, yang mulai membentuk kerangka kerja
matematis koheren. Teori Chaos dan geometri fraktal (fractal geometry) merupakan cabang ilmu matematika kompleksitas baru yang penting.
Ciri
penting dari matematika baru adalah matematika tersebut merupakan
matematika nonlinear. Di bidang ilmu pengetahuan, hingga belakangan
ini, kita selalu diajari untuk menghindari persamaan non-linear, karena
persamaan ini sulit dipecahkan. Misalnya, aliran air yang tenang,
tanpa hambatan, dijabarkan dengan persamaan linear. Namun, ketika di
sungai ada bebatuan, air tersebut mulai berputar; menjadi pusaran.
Munculnya riak dan bermacam-macam gelombang; serta gerakan yang
kompleks ini dijelaskan dengan menggunakan persamaan non-linear.
Gerakan air ini menjadi sangat rumit sehingga nampak sangat kacau balau.
Pada
tahun 1970-an, para ilmuwan untuk pertama kalinya memiliki komputer
yang kemampuan luar biasa cepatnya, sehingga dapat membantu mereka
menangani dan memecahkan masalah persamaan non-linear. Dalam
melaksanakan kegiatan tersebut, mereka mengembangkan sejumlah teknik,
yakni semacam bahasa matematika baru yang mengungkap pola-pola yang
sangat mengejutkan yang ada pada perilaku sistem non-linear yang tampak
kacau, namun mengandung keteraturan. Sesungguhnya, teori chaos adalah
teori keteraturan,yakni semacam keteraturan baru yang tidak terlihat
dengan mata biasa namun bisa diungkap dengan menggunakan matematika baru
tersebut.
Ketika anda memecahkan persamaan non-linear
dengan teknik baru ini, hasilnya bukanlah sebuah rumus namun semacam
bentuk visual, pola yang dapat dilacak oleh komputer. Jadi, matematika
baru adalah matematika pola, matematika hubungan (relationships). Istilah umum "attractors" adalah contoh dari pola matematik ini. Pola matermatik ini menggambarkan dinamika sistem tertentu dalam bentuk visual.
Pada
tahun 1970-an, minat yang kuat terhadap fenomena non-linaer ini
membuahkan serangkaian teori baru dan handal yang dapat menjelaskan
berbagai aspek living systems. Teori ini, yang saya jelaskan
panjang lebar di buku saya, membentuk komponen sintesa saya sendiri
tentang konsepsi baru kehidupan.
Sintesa Baru
Saya percaya bahwa kunci utama pemahaman teori living systems
terletak pada sintesa dua pendekatan pemahaman alam yang saling
bersaing di sepanjang sejarah ilmiah kita—yakni pendekatan pola
(hubungan, keteraturan, dan kualitas) dan pendekatan struktur
(konstituen, materi, kuantitas)
Kemunculan dan
penyempurnaan konsep pola organisasi telah menjadi tema pokok dalam
berpikir sistem. Para pemikir sistem terdahulu mendifinisikan pola
sebagai konfigurasi hubungan. Para ahli ekologi mengenali jaringan
kerja sebagai pola kehidupan umum. Para ahli sibernetika mengenali
umpan balik sebagai pola putaran hubungan sebab-akibat; dan matematika
kompleksitas baru adalah ilmu matematika tentang pola visual.
Jadi,
pemahaman terhadap pola adalah sangat penting artinya bagi pemahaman
kehidupan secara ilmiah. Namun itu saja tidak cukup. Kita juga perlu
memahami struktur sistem. Untuk menunjukkan bagaimana pendekatan pola
dan pendekatan struktur dapat digabungkan, ijinkan saya mendefinisikan
kedua istilah ini dengan lebih konkrit.
Pola organisasi
suatu sistem apa saja, baik yang bernyawa maupun yang tak-bernyawa,
merupakan konfigurasi hubungan antar komponen yang menentukan ciri
utama sistem. Dengan kata lain, hubungan tertentu harus ada agar
sesuatu dapat dikenali sebagaimana pada, misalnya, kursi, sepeda, atau
pohon. Hubungan konfigurasi yang memberi ciri penanda penting itulah
yang disebut dengan pola organisasi.
Ijinkan saya menjelaskan hal di atas dengan menggunakan sepeda, karena penjelasan dengan nonliving system
jauh lebih mudah. Jika saya lepaskan satu persatu semua bagian
sepeda—sadel, setir, kerangka, roda, dsb—dan saya letakkan teronggok
didepan anda, anda akan mengatakan: Ini bukan sepeda; ini bagian dari
sepeda. Bagaimana caranya saya mengubahnya menjadi sepeda? Dengan
merangkainya bersama dalam susunan tertentu! Susunan ini, atau
konfiguras hubungan antar bagian ini, disebut pola organisasi.
Untuk
menjelaskan pola organisasi sepeda ini, saya dapat menggunakan bahasa
yang abstrak tentang hubungan. Saya tidak perlu memberi tahu anda bahwa
kerangka sepeda terbuat dari dari besi yang berat atau alumunium yang
ringan, karet macam apakah yang terpasang pada ban, dsb. Dengan kata
lain, materi fisik bukanlah bagian dari penjelasan pola organisasi.
Materi adalah bagian dari penjelasan struktur, yang saya artikan
sebagai perwujudan dari materi pola organisasi sistem.
Sementara
penjelasan pola organisasi melibatkan pemetaan abstrak hubungan,
penjelasan struktur melibatkan penjelasan tentang komponen fisik
sistem—bentuk mereka, komposisi kimia, dsb.
Nah, ini
sangat mudah dijelaskan dengan sepeda. Anda dapat memvisualisasikan
pola organisasi sepeda, anda dapat menggambar sketsanya, anda dapat
memperoleh materi sesungguhnya dan memasang sepeda sesuai dengan sketsa
rancangan anda, dan kemudian sepeda itu akan berdiri di sana tanpa
banyak melakukan apa-apa.
Dengan living systems, situasinya sangat jauh berbeda. Setiap living system, sebagaimana yang saya sebutkan di depan, melibatkan beribu-ribu proses kimia yang saling terkait. Pada living system,
terjadi fluktuasi tanpa henti pada materi, pertumbuhan, perkembangan,
dan evolusi. Mulai dari permulaan biologi, pemahaman struktur kehidupan
tidak tidak dipisahkan dari pemahaman proses perkembanga dan
metabolisme.
Properti living systems yang
mencolok ini mensyaratkan proses sebagai kriteria ketiga untuk
penjelasan menyeluruh akan ciri kehidupan. Proses kehidupan merupakan
aktivitas yang ada pada perwujudan terus-menerus pola organisasi
sistem. Karenanya, kriteria proses merupakan penghubung antara pola
dan struktur.
Kriteria proses melengkapi kerangka
konseptual sintesa saya. Ketiga kriteria ini saling tergantung secara
menyeluruh. Pola organisasi hanya dapat dikenali jika ia terwujud dalam
struktur fisik, dan pada living systems perwujudan ini
merupakan proses yang terus menerus berlangsung. Seseorang bisa
mengatakan bahwa ketiga kriteria itu—pola, struktur, dan
proses—merupakan tiga perspektif tentang fenomena kehidupan yang
berbeda-beda namun tak terpisahkan One Ketiganya membentuk tiga dimensi
konseptual sintesa saya.
Maksud saya adalah bahwa, dalam rangka mendefinisikan living system
– atau dengan kata lain untuk menjawab pertanyaan Schrödinger, "Apakah
kehidupan itu?" – kita harus menjawab tiga pertanyaan berikut ini: Apa
sajakah struktur living system? Apa sajakah pola organisasinya? Seperti apakah proses kehidupan? Ijinkan saya menjawab pertanyaan ini secara berurutan.
Struktur Disipatif
Struktur living system telah dijelaskan dengan rinci oleh by Ilya Prigogine dalam teorinya Struktur Disipatif (dissipative structures). Seperti halnya Ludwig von Bertalanffy, Prigogine mendapati bahwa living systems merupakan sistem terbuka yang mampu mempertahankan proses kehidupannya di bawah kondisi tak seimbang (non-equilibrium).
Organisme hidup bercirikan aliran dan perubahan yang terus menerus
pada metabolismenya, yang melibatkan beribu-ribu reaksi kimia.
Keseimbangan kimia dan panas muncul bilamana proses tersebut terhenti.
Dengan kata lain, organisme yang berada dalam keseimbangan adalah
organisme yang mati. Organisme hidup secara terus menerus memertahankan
dirinya agar tetap dalam keadaan yang jauh dari keseimbangan, yang
merupakan keadaan dari kehidupan. Meskipun sangat jauh berbeda dari
keseimbangan, kondisi ini tetap stabil: struktur keseluruhan yang sama
tetap dipertahankan terlepas dari perubahan secara terus menerus pada
komponennya.
Prigogine menamakannya sebagai sistem terbuka, sebagaimana yang ia uraikan dalam teori "dissipative structures", untuk menjelaskan keterkaitan yang erat antara struktur dan aliran/ perubahan (dissipation).
Menurut
teori Prigogine, struktur disipatif bukan saja mempertahankan dirinya
sendiri dalam kondisi stabil yang jauh dari keseimbangan, namun bahkan
memungkinkan terjadinya evolusi. Manakala aliran energi dan materi yang
melewati struktur disipatif meningkat, keduanya akan mengalami
ketidakstabilan, dan kemudian akan berubah menjadi struktur baru dengan
kompleksitas yang meningkat. Fenomena ini— munculnya keteraturan yang
spontan—juga dikenal dengan istilah pengorganisasian diri sendiri (self-organization). Inilah yang menjadi dasar pengembangan, pembelajaran, dan evolusi.
Autopoiesis
Sekarang
ijinkan saya beralih ke perspektif kedua yang berkenaan dengan ciri
alamiah kehidupan, yakni perspektif pola. Pola organisasi living systems
merupakan jaring hubungan yang setiap komponennya berfungsi mengubah
dan mengganti komponen lain yang ada pada jaringan kerja tersebut (network).
Pola ini dinamakan Autopoiesis oleh Humberto Maturana dan Fransisco
Varela. “Auto’ tentunya berarti ‘dengan sendirinya’ dan ‘poiesis’—yang
berasal dari akar kata yang sama dengan ‘puisi’ dalam bahasa
Yunani—berarti ‘membuat’. Jadi, autopoiesis berarti ‘memproduksi
sendiri’. Jaringan kerja secara terus menerus ‘membuat dirinya sendiri’.
Jaringan dibentuk oleh komponen dan sebaliknya jaringan juga
menghasilkan komponen.
Kognisi—Proses Kehidupan
Sekarang
ijinkan saya beralih ke dimensi konseptual sintesa saya, yakni aspek
proses. Pemahaman terhadap proses kehidupan mungkin merupakan aspek
paling revolusioner dari teori living systems yang muncul saat ini,
karena aspek ini mengandung pengertian konsepsi pikiran, atau kognisi.
Konsepsi baru ini diajukan oleh Gregory Bateson dan diuraikan lebih
lengkap oleh Maturana dan Varela, dan konsepsi tersebut dikenal sebagai
Teori Kognisi Santiago.
Pokok pemikiran teori Santiago
adalah pengenalan kognisi, yakni proses terjadinya pengetahuan, melalui
proses kehidupan. Kognisi, menurut Maturana, adalah aktivitas yang
melibatkan pembentukan diri sendiri (self-generation) dan pemertahanan diri (self-perpetuation) pada jaringan kehidupan (living networks).
Dengan kata lain, kognisi merupakan proses utama kehidupan. “Living
systems adalah sistem kognisi”, tulis Maturana, dan kehidupan yang
berjalan sebagai proses adalah proses kognisi”.
Jelaslah
bahwa apa yang kita bicarakan disini adalah perluasan radikal konsep
kognisi dan, secara tak langsung, juga konsep pikiran. Menurut
pandangan baru ini, kognisi melibatkan keseluruhan proses
kehidupan—termasuk persepsi, emosi, dan perilaku—dan tidak selalu
memerlukan otak dan sistem syaraf. Pada dunia manusia, kognisi meliputi
bahasa, pemikiran konseptual, kesadaran diri, dan semua atribut
kesadaran manusia yang lainnya.
Saya percaya bahwa teori
kognisi Santiago merupakan teori ilmiah pertama yang dapat memecahkan
masalah pembagian pikiran dan materi Cartesian, dan karenanya teori ini
akan memiliki implikasi yang luas jangkauannya. Pikiran dan materi
tidak lagi menjadi milik dua kategori yang terpisah, namun bisa dilihat
sebagai perwujudan dua aspek fenomena kehidupan yang saling
melengkapi—aspek proses dan aspek struktur. Di semua tingkatan
kehidupan, mulai dari hal yang sesederhana sel, pikiran dan materi,
hingga proses dan struktur, semuanya saling terkait. Pikiran selalu
muncul pada materi kehidupan sebagai proses self-organization. Untuk pertama kalinnya, kita memiliki teori ilmiah yang mempersatukan pikiran, materi, dan kehidupan.