ijin curhat...
Saya pada akhirnya menjadi ragu dengan penerapan universal coverage pada saat ini, meski sebelumnya saya sangat berapi2 berharap agar dilakukan percepatan penerapan universal coverage. Sikap baru ini muncul setelah melihat sendiri pelayanan kesehatan di Kabupaten Raja Ampat-Papua Barat yang bukan tidak mungkin hal yang sama terjadi belahan pertiwi lainnya.
Raja Ampat, merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Sorong.
Sebagai sebuah tujuan wisata bawah air, Raja Ampat merupakan sepuluh besar terbaik dunia. Lebih dari dua pertiga populasi bawah air dunia ada di kabupaten kepulauan ini. Indah.. memang terbukti sangat indah seluruh wilayah kepulauan ini, sehingga layak dijuluki sebagai surga bahari!
Datang pertama kali di pusat pemerintahan Kabupaten Raja Ampat di Waisai di pulau Waigeo tak terbayangkan bahwa sama sekali bahwa tak ada sambungan telepon kabel di seluruh wilayah kabupaten. Kebayang tidak???
Kata petugas di dinas kesehatan ada dua nomor faximile di kantor bupati, jadi kalo mau kirim kabar ke dinas kesehatan bisa nge-fax ke kantor bupati, nantinya orang kantor bupati yang akan menyampaikan ke dinas kesehatan. Dan yang diluar dugaan setelah saya diberi nomor fax tersebut… kode areanya Kota Makassar.
Kok bisaa???
Kok bukan Kota Sorong???
Entahlah…
Kabupaten baru ini terdiri dari 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo, yang merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama.
Pulau2 kecil banyak yang berpenghuni hanya puluhan jiwa saja, yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan. Dan tentu saja transportasi antar pulau tidak ada pilihan selain angkutan laut.
Saya sempat mampir ke salah satu pulau yang dihuni tak lebih dari 30-40 jiwa, yang seluruhnya nelayan. Sama sekali tidak ada fasilitas umum di pulau tersebut. Untuk mencapai daratannya yang berupa tebing saja saya harus memanjat tangga2 bambu yang cukup tinggi. Rumah kebanyakan dari bahan bambu, dengan ukuran tak lebih dari 6x8 m2 yang dihuni belasan jiwa. Yak belasan jiwa! Karna memang hanya ada tiga rumah di pulau itu.
Pelayanan kesehatan??? Setelah saya konfirmasi ke Dinas Kesehatan, puskesmas mengembangkan pelayanan puskesmas terapung untuk menjangkau pulau2 kecil tersebut. Dengan keterbatasan biaya maka frekuensinya sekali sebulan.
Jadi kalo sakit pas saat abis ada kunjungan puskesmas ya harus sabar nunggu kunjungan bulan berikutnya.
Pengembangan pelayanan puskesmas terapung inipun bisa berjalan setelah ada Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang bisa dimanfaatkan untuk beli bahan bakar. Bahan bakar memang sangat menentukan. Di kabupaten ini baru saja didirikan POM bensin, yang seringkali kehabisan stok. POM bensin satu2nya di kabupaten ini.
Rumah Sakit??? Yak.. sudah ada satu RS di Kabupaten Raja Ampat, yang meski dengan fasilitas minimal sudah bisa beroperasi. Tapiiii… UTD-RS (unit transfusi darah-rumah sakit) baru dibentuk saat ini, jadi belum bisa beroperasi. Kalau ada yang sakit dan butuh darah, silahkan dirujuk ke Kota Sorong, dengan sewa boat 7-8 juta pulang pergi, ini masih biaya ‘beyond health’nya, belum benar2 biaya berobatnya.
Jadi… bila benar universal coverage diberlakukan, apa pengaruhnya untuk mereka? Karna pelayanannya memang kurang atau bahkan tidak ada.
…dan kita yang membaca ini, yang di sini… apa ya pantas mengeluh???
-ADL-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar